Nabi Musa dan Qarun
Harta dan kenabian, manakah di antara keduanya yang lebih baik? Inilah yang selalu dipikirkan oleh Qarun, anak paman Nabi Musa AS. Qarun dengki dan iri kepada Musa atas kenabiannya. Di sisi lain, Bani Isra'il mencintai Qarun, sang pemilik suara nan merdu. Apabila ia membaca Taurat, maka hati dan jiwa terasa khusyuk menyimak kalam Allah itu.
Qarun mendapatkan anugerah yang besar dari Allah SWT berupa rezeki yang melimpah dan menganugerahkan perbendaharaan harta yang kunci-kunci gudangnya saja sangat berat dipikul oleh sejumlah orang yang kuat. Sayangnya, saat Qarun seharusnya bersyukur kepada rabbnya dengan mengeluarkan zakat dan sedekah, ia justru bertindak aniaya terhadap kaumnya. Ia bersikap sombong kepada mereka, menzhalimi mereka, dan berharap memiliki kekuasaan di kalangan Bani Isra'il menggantikan Musa AS. Sebab ia merasa bahwa harta dan kekayaan lebih baik daripada kenabian.
Qarun lupa bahwa harta itu milik Allah yang diberikan kepada hamba-hamba-Nya yang Dia kehendaki. Sedangkan kenabian adalah hak Allah yang Dia anugerahkan kepada hamba-hamba-Nya yang saleh. Oleh karena itulah, kaumnya yang sebelum itu senang kepadanya berubah membencinya.
Suatu hari, Qarun keluar dengan iring-iringan yang besar. Ia mengenakan pakaian yang sangat mewah, di hadapannya beberapa ekor kuda dan unta berjalan, sementara disekeliling iring-iringan ada para pembantu dan pelayan. Orang-rang pun tercengang melihatnya, sampai-sampai mereka yang menginginkan kehidupan dunia mengatakan, "Andai kita memiliki harta kekayaan seperti apa yang diberikan kepada Qarun! Sesungguhnya, dia memiliki keberuntungan yang sangat besar."
Maka orang-orang yang dikaruniai ilmu dari kalangan Bani Isra'il pun berkata, "Celakalah kamu! Ketahuilah, pahala, surga dan ridha Allah itu lebih baik bagi orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal kebajikan, dan pahala yang besar itu hanya akan diperoleh orang-orang yang saleh."
Qarun kemudian didatangi oleh sebagian orang-orang yang saleh, mereka melihatnya meminum khamar, berbuat kerusakan dan melakukan perbuatan keji. Mereka pun berkata kepada Qarun, "Janganlah engkau terlalu membanggakan apa yang telah Allah karuniakan kepadamu dan bersikap sombong kepada orang lain. Sesungguhnya Alah tidak menyukai orang-orang yang terlalu membanggakan diri lagi sombong. Jangan kau lupakan bagianmu dari kenikmatan duniawi. Ambillah kenikmatan duniawi yang halal dan tinggalkanlah yang haram. Gunakan apa yang telah Allah karuniakan kepadamu untuk mencari kebahagiaan negeri akhirat. Berbuat baiklah kepada orang lain sebagaimana Allah telah berbuat baik kepadamu dan jangan berbuat kerusakan di muka bumi. Sesungguhnya, Allah tidak menyukai orang-orang yang berbuat kerusakan."
Kesesatan telah merasuki hati Qarun dan setan telah menguasainya. Ia menjawab, "Sungguh, aku mendapatkan seluruh harta ini dengan kerja keras dan ilmuku, tidak ada seorang pun yang memiliki andil di dalamnya. Allah mencintaiku, dan oleh karena itu, Dia memberikan harta yang berlimpah kepadaku. Dan aku tidak akan memberikan sedikitpun kepada orang lain." Orang-orang saleh itu pun menasehatinya, "Sesungguhnya, Allah telah membinasakan umat-umat sebelum kamu yang lebih kuat dan lebih banyak mengumpulkan harta daripada kamu." Kemudian mereka pun meninggalkan Qarun.
Dengan harta dan kekayaannya yang berlimpah Qarun berambisi ingin segera meruntuhkan popularitas Nabi Musa, supaya ia bisa mendapatkan kekuasaan dan kepemimpinan di tengah-tengah Bani Isra'il. Qarun berpikir, merenung dan memeras otak busuknya, hingga akhirnya mendapatkan ide. Qarun memanggil seorang wanita jalang yang berakhlak bejat. Ia memberikan harta dan berkata kepadanya, "Pergilah kepada Musa saat ia sedang berkhotbah dan menasehati orang-orang, lalu berserulah, 'Sungguh, Musa telah melakukan suatu perbuatan keji kepadaku'." Qarun lupa bahwa Musa AS adalah nabi dan rasul Allah. Allah SWT akan senantiasa memelihara rasul dan nabi-Nya dari setiap kejahatan.
Wanita jalang itu kemudian pergi menemui Musa yang saat itu sedang bersama sekelompok orang dari Bani Isra'il. Wanita itu berseru, "Hai Musa, sungguh aku datang untuk mengadukan kepada orang-orang tentang apa yang telah engkau perbuat kepadaku."
Musa bertanya, "Apakah yang telah aku perbuat kepadamu, wahai hamba Alah?"
"Engkau telah melakukan perbuatan keji ini dan itu kepadaku" jawab wanita tersebut.
Wajah Nabi Musa AS memerah. Ia menghampiri wanita itu untuk menanyai dan memintanya bersumpah atas nama Allah tentang apa yang menyebabkannya berkata seperti itu kepadanya, padahal ia adalah seorang nabi yang dilindungi Allah dari dosa dan kesalahan. Wanita itu kemudian menyesal dan berkata, "Wahai nabi Allah, Qarun anak pamanmu, dialah orang yang menyuruhku untuk berkata demikian."
Musa memanjatkan puji kepada rabbnya karena telah menjelaskan ketidakbenaran tuduhan ini. Musa kemudian pergi ke tempat Qarun ditemani beberapa orang saleh dari Bani Isra'il. Musa berkata kepada Qarun, "Mengapa engkau menuduhku melakukan perbuatan yang tidak benar?"
Qarun menjawab, "Wahai Musa, jika kamu diberi keutamaan atasku dengan kenabian, maka aku diberi kelebihan harta diatas apa yang kau punya. Aku lebih baik dari pada kamu. Maka, silahkan pilih, kamu yang mendoakan keburukan bagiku kepada Allah atau aku yang mendoakan keburukan bagimu kepada Allah."
"Berdoalah engkau terlebih dahulu," jawab Musa.
Musa dan Qarun kemudian pergi menemui orang-orang Bani Isra'il yang sedang berkumpul di istana Qarun untuk melihat apa yang akan terjadi. Qarun kemudian mendoakan keburukan bagi Musa kepada Allah agar Dia membenamkannya ke dalam bumi, tapi doanya tidak dikabulkan Allah. Musa berkata, "Aku akan mendoakan keburukan bagimu kepada Allah." Musa berdoa, "Ya Allah, perintahkanlah kepada bumi untuk menelan Qarun bersama harta dan seluruh perbendaharaannya."
Allah kemudian membenamkan Qarun beserta istana dan seluruh harta bendanya ke dalam bumi.
Maka Kami benamkanlah Qarun beserta rumahnya ke dalam bumi. Maka tidak ada baginya suatu golonganpun yang menolongnya terhadap azab Allah. Dan tiadalah ia termasuk orang-orang (yang dapat) membela (dirinya). (QS:Al-Qashash [28]:81)
Setelah menyaksikan peristiwa besar itu, orang-orang yang tadinya selalu memikirkan dunia, mereka sebelumnya mengangan-angankan kedudukan seperti Qarun, merasa menyesal.
Dan jadilah orang-orang yang kemarin mencita-citakan kedudukan Qarun itu, berkata:
Aduhai, benarlah Allah melapangkan rezki bagi siapa yang Dia kehendaki dari hamba-hambanya dan menyempitkannya; kalau Allah tidak melimpahkan karunia-Nya atas kita benar-benar Dia telah membenamkan kita (pula). Aduhai benarlah, tidak beruntung orang-orang yang mengingkari (nikmat Allah). (QS:Al-Qashash [28]:82)
Sumber: Kisah Teladan Dalam Al-Qur'an karya Hamid Ahmad Ath-Thahir