WS011 - Raja Rencong Dari Utara
Disamping bukit karang yang curam itu terletak sebuah bangunan batu yang dikelilingi tembok setinggi sepuluh tombak. Diluar tembok berderet-deret barisan pohon kelapa yang daunnya melambai-lambai ditiup angin laut. Bangunan yang terletak didekat pantai ini terdiri dari sebuah rumah besar yang pada kedua ujungnya terdapat sebuah bangunan bertingkat berbentuk menara. Bangunan ini adalah sebuah pesantren yang dipimpin oleh seorang Kyai bernama Suhudilah. Karena itulah pesantren ini dinamakan Pesantren Suhudilah.
Disamping ilmu agama, Kyai Suhudilah juga mengajarkan ilmu silat dan ilmu kesaktian kepada murid2nya. Karena Kyai Suhudilah lama sekali bermukim di Turki, maka jurus-jurus ilmu silatnya banyak dipengaruhi oleh jurus-jurus silat Turki. Dengan sendirinya ilmu silat tersebut disamping aneh juga hebat sekali. Pada masa itu nama Pesantren Suhudilah telah terkenal didelapan penjuru angin Pulau Andalas bahkan juga sampai ke tanah Jawa.
Saat itu telah rembang petang. Satu dua jam dimuka sang surya segera akan tenggelam, kembali masuk keperaduannya dan baru akan muncul lagi esok pagi. Dibawah menara timur kelihatan dua orang berjubah. Keduanya sama-sama tua dan sama-sama berjanggut putih. Mereka sedang asyik bermain dam. Yang seorang menyodorkan buah damnya kedepan membuat satu perangkap yang tak bisa dihindarkan oleh lawannya.
“Celaka!" kata laki-laki tua yang kena dijebak sambil menepuk keningnya. Buah dam yang disodorkan lawannya mau tak mau harus dimakannya dan akibatnya dia akan kehilangan empat biji dam sekaligus. Lawannya tertawa mengekeh sambil mengelus-elus janggutnya yang putih.
"Mana bisa kau mau mengalahkan aku lagi", katanya. "Tadi kuberi kau menang hanya untuk memberi semangat saja. Ayo makanlah!"
"Tak ada jalan lain" kata si janggut putih yang terjebak. Diulurkannya tangan kanannya. Jari telunjuk dan ibu jari hendak memindahkan buah dam. Tapi aneh. Buah dam yang kecil dan terbuat dari kayu itu tak bergerak sedikitpun. Dicobanya sekali lagi mengangkat buah itu, tapi tak sanggup. Buah dam itu laksana sebuah benda yang sangat berat.
"Heh, kenapa? Ayo jalan!"
"Buah dam ini..., tak bisa bergerak! Tak bisa kuangkat!"
Kawan laki-laki itu menyangka dia berolok-olok. Dia mengulurkan tangan kanan menyentuh buah dam. Terkejutlah dia. Memang betul, buah dam itu tak sanggup digeser, apalagi diangkat. Diam-diam dia kerahkan setengah bagian tenaga dalam dan mencoba lagi mengangkat buah dam. Tetap seperti sedia kala ketika dicobanya mengangkat buah-buah dam yang lain, benda-benda itupun ternyata tak bisa terangkat. Laki-laki ini memandang berkeliling.
"Aneh!" desisnya. Dan dikerahkannya kini seluruh tenaga dalamnya. Tangannya tergetar hebat. Keringat dingin memercik di keningnya dan dadanya terasa sakit.
"Agaknya ada seseorang berilmu tinggi tengah mempermainkan kita."
"Tapi siapa?"
Keduanya memandang berkeliling. Suasana sunyi sepi, jangankan manusia, seekor lalatpun tak kelihatan. Laki-laki itu kerahkan lagi tenaga dalamnya.
Tiba-tiba papan dam mencelat mental ke udara! Buah-buahnya berhamburan. Kedua laki-laki tua berjanggut putih tersentak kaget dan berdiri cepat sewaktu kesunyian dirobek oleh gelak tertawa yang hebat, menggetarkan liang telinga dan memukul-mukul dada serta menyendatkan jalan darah ditubuh mereka.