Header Ads

Niagahoster

WS036 - Dewi Dalam Pasungan

Matahari baru saja tenggelam. Dalam udara yang beranjak gelap itu, keadaan di pekuburan Jati anom nampak diselimuti kesunyian padahal belum lama berselang rombongan pengantar jenazah yang berjumlah hampir seratus orang meninggalkan tempat itu. Di ujung kanan tanah pekuburan, di bawah sepokok batang kemboja kecil tampak seungguk tanah makam yang masih merah ditaburi oieh bunga-bunga aneka warna. Di kejauhan terdengar suara kicau burung yang kembali ke sarangnya. Lalu sunyi lagi dan udara semakin geiap. Pada saat itulah tiga sosok berpakaian serba hitam muncul dari arah timur tanah pekuburan.Ketiganya sesaat tegak berhenti meneliti keadaan. Ketika tidak seorang pun kelihatan di tempat itu, ketiganya melangkah bergegas menuju kuburan baru. Dua dari tiga orang ini memanggul pacul. Satunya membawa linggis.

Serial Wiro Sableng

"Ini kuburannya! Kita harus bekerja cepat!" terdengar orang yang membawa linggis berucap.

"Tak usah kawatir. Kuburan baru tanahnya masih lembek. Sebentar saja kita pasti menemukan peti itu," menjawab pemanggul pacul di sebelah kanan. Lalu bersama temannya dia mulai memacul dan menggali tanah kuburan. Keduanya bekerja keras dan cepat, tidak berhenti-henti menggali sampai akhirnya salah satu mata pacul terasa dari terdengar menghantam benda keras.

"Peti jenazah!" seru orang yang memacul di sebelah kanan. Dengan tangannya dia menggeser tumpukan tanah, kawannya ikut membantu. Dalam gelapnya malam kemudian terlihat kayu tutup peti jenazah.

"Berikan linggis!" orang di dalam lobang berteriak. Lelaki yang memegang linggis menyahuti, "Biar aku yang membuka tutup peti!" Lalu dia melompat turun ke dalam liang kubur yang barusan dibongkar itu. Dengan ujung linggis dia mulai mengungkit tepi penutup peti. Terdengar suara berkereketan ketika kayu penutup peti jenazah mulai terkuak.

"Ganjal dengan paculmu! Aku akan mengungkit ujung sebelah sana!" si tukang linggis berkata.

Kawannya lalu mengganjalkan paculnya di bawah penutup peti yang terkuak. Ketika ujung yang lain berhasil diungkit pula, maka penutup peti itupun dengan mudah bisa ditarik lepas.

"Hai...!"

Orang yang membuka penutup peti berseru kaget tapi juga keheranan. Dua kawannya sama-sama besarkan mata, terperangah. Salah seorang dari mereka malah berjongkok dan memasukkan kedua tangan ke dalam peti, meraba-raba.

"Kosong...!" desisnya sambil menengadah ke arah kedua temannya. "Petinya kosong! Kalian lihat sendiri!"

"Kami sudah melihat! Ini adalah aneh! Mana jenazah puteri hartawan itu...?"

"Edan! Kita kemari bukan untuk mencari mayat, tapi mencuri harta yang kabarnya ikut dikuburkan bersama jenazah Yuniarti putri bungsu hartawan Tampakjati!"

Untuk beberapa lamanya ketiga orang itu tertegun saling pandang.

"Ada suatu rahasia dibalik semua ini. Rahasia yang kita tidak mengerti."

"Kau betul! Putri hartawan itu diketahui mati. Lalu dikubur di tempat ini. Tapi ketika dibuka petinya ternyata kosong. Tak ada jenazah, apalagi harta."

"Mungkinkah jenazah itu gaib...?"

"Atau seseorang telah mendahului kita. Tapi gila! Mustahil! Tidak mungkin!"

"Lalu...? Jangan-jangan...," Yang berkata adalah lelaki yang tadi mencongkel penutup peti jenazah dengan linggis. Belum lagi ucapannya berakhir tiba-tiba terdengar bentakan garang.

"Bagus! Jadi ini kerja kalian! Membongkar makam mencari harta. Kalian tahu makam siapa yang kalian bongkar? Benar-benar mencari mampus!"

Tiga lelaki berpakaian serba hitam di dalam lobang sama mendongak ke atas. Di tepi kuburan mereka melihat seorang lelaki bertubuh jangkung berwajah garang dan membekal sebatang golok di pinggangnya tegak bertolak pinggang. Mereka segera mengenali siapa adanya orang ini. Salah seorang dari ketiganya segera menjawab.

"Lancang Item! Kau tidak lebih baik dari kami. Mengapa mencampuri pekerjaan kawan segolongan?"

Orang yang tegak ditepi kuburan mendengus.

"Aku berhak melakukan apa saja disini karena aku ditugasi mengawasi makam ini!"

"Siapa yang menugasimu?"

"Bangsat! Kau tak layak bertanya!" hardik Lancang Item. "Kalian telah melakukan satu kesalahan besar! Membongkar kuburan dan punya niat jahat untuk mencuri!"

"Kau lihat sendiri! Peti ini kosong. Tak ada mayat, apalagi harta."

"Sudahlah! Mengapa harus ribut-ribut di tempat ini. Mari kita pergi saja!" kata lelaki yang memegang linggis.

"Tidak! Kalian akan tetap di lobang itu!" Lancang Item maju satu langkah.

"Apa maksudmu?" orang dalam kubur bertanya.

Sreett...!

Lancang Item hunus goloknya. Dalam gelapnya malam benda itu masih tampak seperti berkilau tanda selalu diasah. Melihat gelagat tidak baik ini tiga orang didalam kubur segera memanjat ke atas. Saat itulah golok di tangan Lancang Item berkelebat. Terdengar dua pekikan berturut-turut. Dua orang di samping kanan yang tengah berusaha memanjat dan keluar dari dalam kubur kembali jatuh dengan punggung luka besar dan satu lagi hampir putus pangkal lehernya. Lelaki ketiga lindungi dirinya dengan linggis besi sewaktu golok di tangan Lancang Item kembali membabat.

Trang...!

Bunga api memercik ketika golok tajam dan besi linggis beradu. Yang memegang linggis merasakan tangannya bergetar keras. Saat itu kembali dilihatnya golok datang menyambar. Untuk kedua kalinya dia angsurkan linggis ke atas. Tapi sekali ini Lancang Item tidak mau melakukan bentrokan lagi. Golok ditangannya diputar. Senjata ini berubah dari membabat menjadi membacok. Terdengar pekik ketiga. Lelaki yang memegang linggis rubuh ke dalam kubur dengan kepala hampir terbelah.

"Maling-maling picisan mau berlagak melawanku!" ujar Lancang item. Lalu dia masukkan jari telunjuk dan ibu jari tangan kanannya ke dalam mulut. Terdengar suitan nyaring. Sesaat kemudian dua orang bergegas muncul dari arah barat.

"Lekas kalian timbun makam ini!" berkata Lancang Item begitu dua orang tadi sampai dihadapannya. Keduanya mengangguk.

"Kalian bisa pergunakan dua pacul yang ada di dalam sana!"

Kembali dua orang itu mengangguk. Tapi ketika hendak mengambil pacul mereka melihat tiga sosok tubuh yang saling timpang tindih di dalam lobang. Dua mungkin sudah mati, satu masih terdengar mengerang. Lancang Item segera maklum keraguan mereka. Maka dia pun menghardik.

Powered by Blogger.