WS015 - Mawar Merah Menuntut Balas
Anak perempuan berumur delapan tahun itu berlari-lari kecil sambil tiada hentinya menyanyi. Di tangan kanannya tergenggam lebih dari selusin tangkai bunga yang baru dipetiknya dari dalam hutan. Saat itu matahari pagi telah naik tinggi. Si anak mempercepat larinya. Dia takut kalau kalau orang tuanya mengetahui bahwa dia telah pergi ke hutan lagi. Tentu dia akan dilecut seperti kemarin.
Baru saja dia memasuki jalan kecil yang akan menuju keperkampungan, anak perempuan ini dikejutkan oleh derap kaki kuda yang banyak dan riuh sekali. Dia tak ingin mendapat celaka diterjang kaki-kaki kuda. Cepat-cepat dia menepi dan berlindung di balik sebatang pohon.
Tak lama kemudian serombongan penunggang kuda lewat dengan cepat. Si anak tak tahu berapa jumlah mereka semuanya, tapi yang jelas amat banyak dan semua berpakaian serba hitam, rata-rata memelihara kumis melintang serta cambang bawuk yang lebat. Tampang-tampang mereka buas bengis. Dan masing-masing membawa sebilah golok besar di pinggang. Meski rombongan penunggang kuda itu telah berlalu jauh namun debu jalanan masih beterbangan menutupi pemandangan. Setelah debu itu sirna barulah si anak keluar dari balik pohon dan berlari sepanjang jalan menuju ke kampungnya.
Kampung itu terletak di sebuah lembah subur yang dialiri sungai kecil berair jernih. Sekeliling perkampungan terbentang sawah ladang yang luas. Saat itu padi tengah menguning hingga kemanapun mata memandang warna keemasan yang kelihatan.
Anak perempuan itu terus lari. Dia harus lewat kebun di belakang rumah agar tidak kelihatan oleh orang tuanya. Kemudian dia akan masuk ke dalam kamar dan menyembunyikan bunga-bunga itu dibawah kolong tempat tidur. Kemudiannya lagi...
Jalan pikiran si kecil itu terhenti dengan serta sewaktu dari arah kampungnya terdengar suara hiruk pikuk. Suara itu bercampur aduk. Ada suara ringkikan kuda, suara teriakan orang laki-laki, pekik jerit orang-orang perempuan dan anak-anak, lalu suara beradunya senjata yang sekali-kali diseling oleh suara ringkik kuda yang membuat kecutnya hati anak perempuan itu.
Ada apakah di kampung? Begitu si anak berpikir. Hatinya yang kecut membuat larinya terhenti-henti. Satu perasaan takut memperingatkannya agar jangan pergi ke kampung, jangan pulang. Namun kaki-kaki yang kecil itu terus juga bergerak meskipun dalam langkah-langkah perlahan.
Dilewatinya kebun di belakang rumah dan sampai di sebuah gubuk reyot. Gubuk ini adalah tempat ayahnya menyimpan segala barang-barang rongsokan.
Justru di sini anak tersebut menghentikan langkahnya. Sekujur tubuhnya gemetaran. Parasnya yang tadi kemerahan karena berlari, saat itu berubah menjadi pucat pasi karena ketakutan. Dia ingin berteriak, dia ingin menangis, tapi mulutnya terkancing oleh rasa takut yang amat sangat.
Di samping rumah dilihatnya ayah serta kakak laki-lakinya tengah berkelahi melawan dua orang berpakaian serba hitam. Agaknya kedua orang berpakaian hitam itu tidak sanggup menghadapi ayah dan kakaknya karena dalam waktu yang singkat keduanya roboh mandi darah. Namun pada saat itu muncullah tiga orang penunggang kuda bertubuh kekar bertampang ganas. Salah seorang dari ketiganya memaki dan melompat dari punggung kuda, langsung menyerang ayahnya. Dua kawannya yang lain menyusul dan saat itu juga terjadilah perkelahian dua lawan tiga. Tiga manusia bertampang ganas itu ternyata amat tinggi ilmu silatnya karena tak berapa lama kemudian si anak mendengar jeritan ayahnya. Senjata di tangan salah seorang lawan telah membabat dada ayahnya hingga laki-laki itu tersungkur dan tak bisa bergerak lagi. Diperhatikannya bagaimana kakaknya menjadi kalap oleh kematian ayahnya lalu mengamuk hebat. Tapi nasibnya juga malang karena dua senjata lawan berbarengan mampir di perut serta di pundak kakaknya. Salah seorang dari manusia-manusia jahat itu lalu membakar rumah orang tuanya. Pada saat api berkobar hebat, dari pintu belakang keluar dua orang perempuan. Mereka lari ke arah kebun. Keduanya adalah ibu dan kakak perempuan anak kecil yang berdiri di samping gubuk. Si anak hendak berteriak memanggil ibunya tapi tak jadi. Salah seorang dari tiga manusia jahat itu rupanya berhasil melihat kakak perempuan dan ibunya, lalu berseru keras dan mengejar.