Header Ads

Niagahoster

WS001 - Empat Berewok Dari Goa Sanggreng

"Ini...!" kata laki-laki berkumis melintang itu dengan suara kasar. "Berikan sama dia! Aku harus terima jawaban hari ini juga, Kalingundil! Kau dengar?"

Orang yang bernama Kalingundil mengangguk. Diambil surat yang disodorkan.

"Kalau dia banyak bacot," kata laki-laki berkumis melintang itu pula. "Bikin beres saja. Berangkat sekarang, jika perlu bawa Saksoko!"

Kalingundil berdiri dan meninggalkan ruangan itu. Dan bila Kalingundil baru saja lenyap di balik pintu maka menggerendenglah Suranyali, laki-laki yang berkumis tebal itu.

Serial Wiro Sableng

"Betul-betul perempuan laknat! Perempuan haram jadah!" Dibulatkannya tinju kanannya dan dipukulkannya meja kayu jati di hadapannya.

"Brakk...!!!"

Papan meja pecah. Keempat kaki meja amblas sampai tiga senti ke dalam lanci ubin dan ubin sendiri retak-retak. Kemudian dia berdiri. Tubuhnya menggeletar oleh amarah yang hampir tak bisa dikendalikannya lagi. Dan mulutnya terbuka kembali. Dia memaki-maki seorang diri.

"Perempuan keblinger! Ditinggal satu tahun tahu-tahu kawin. Bunting malah, dan punya anak malah. Keparat!!!" Suranyali berdiri dengan nafas menghempas-hempas di muka jendela, lalu dia melangkah ke meja lain yang juga terdapat di ruangan itu. Dari dalam sebuah kendi diteguknya air putih dingin. Tapi baru dua teguk air melewati tenggorokannya, isi kendi itu sudah habis.

"Keparat!" maki Suranyali lagi. Dibantingkannya kendi itu ke tanah hingga pecah berantakan. Seorang perempuan paruh baya memunculkan kepalanya di pintu sebelah sana namun melihat Suranyali yang lagi beringasan ia cepat-cepat diam menghilang kembali.

Akhirnya, Suranyali letih sendiri memaki-maki dan marah-marah seperti itu. Dibantingkannya badannya ke sebuah kursi. Dan kini terasa olehnya betapa letih badannya.

"Lujeng!" teriak Suranyali.

Perempuan separuh baya yang tadi memunculkan diri di pintu masuk bergegas.

"Ya, Denmas Sura!"

"Kau juga keparat!" damprat Suranyali pada perempuan itu. Ludahnya menyemprot dan Wilujeng tak berani menyeka ludah yang membasahi mukanya.

"Sudah berapa kali aku bilang, jangan panggil aku dengan nama itu! Apa kau sudah gila hingga lupa terus-terusan? Kau gila ya, hah?!"

Wilujeng terdiam dengan tubuh menggigil ketakutan. Lagi-lagi dia lupa. Lagi-lagi dia memanggil dengan Sura padahal sudah sering Suranyali memerintahkan agar dia memanggil dengan nama Mahesa Birawa.

"Perempuan monyong! Aku tanya kau sudah gila? Jawab!"

"Tidak, Denmas Su..., eh Mahesa Birawa!"

"Kalau tidak gila kau musti sinting! Ambilkan aku air, lekas!"

Wilujeng putar tubuh. Sebentar kemudian dia sudah kembali membawa segelas air putih. Air yang dingin itu menyejukkan hati Suranyali sedikit. Kemudian dia duduk tenang-tenang di kursi itu dan bila matanya dipicingkannya, maka kembali terbayang saat setahun yang lewat.

Powered by Blogger.