Header Ads

Niagahoster

WS052 - Guna-Guna Tombak Api

Hari itu tanggal tiga bulan ke lima. Sebuah bukit yang selama bertahun-tahun sunyi senyap, terletak di antara kaki Gunung Merapi dan Gunung Raung, kini banyak didatangi oleh orang-orang yang muncul dari berbagai penjuru. Melihat gerak-gerik orang-orang itu dan memperhatikan cara mereka berlari menuju puncak bukit, dapatlah diduga bahwa orang-orang itu, siapapun mereka adanya, adalah orang-orang dari dunia persilatan.

Serial Wiro Sableng

Ada kepentingan apakah orang-orang persilatan berdatangan di puncak bukit itu? Ternyata hal ini ada kaitannya dengan rencana peresmian dan pengenalan sebuah partai persilatan baru yang diberi nama Partai Bintang Blambangan. Partai silat ini diketuai oleh Gandring Wikoro, seorang kakek berusia 70 tahun. Lebih dari separuh masa hidupnya telah dihabiskan dengan pengabdian pada Keraton Sala. Di usia menjelang menutup mata, Gandring Wikoro yang tidak bisa melupakan masa muda dan asal-usulnya, setelah berunding dengan anak-istri serta para sahabat, akhirnya memutuskan untuk membentuk sebuah partai silat. Konon Gandring Wikoro memiliki darah keturunan ketiga dari Raja Blambangan. Semula dia hanya bermaksud mendirikan sebuah perguruan silat. Namun atas dorongan anak-anak dan sahabat-sahabatnya, dan mengingat nama Blambangan adalah satu nama besar di masa silam, maka disetujui merubah perguruan menjadi sebuah partai.

Selama pengabdiannya di Keraton Sala, Gandring Wikoro dikenal dengan gelar kehormatan Raja Panah Delapan Penjuru Angin. Memang selain memiliki ilmu silat tangan kosong yang tinggi serta andal dalam ilmu golok, Gandring Wikoro juga menguasai ilmu panah secara luar biasa. Demikian hebatnya ilmu kepandaiannya, dia sanggup membidikkan tiga panah sekaligus pada tiga sasaran yang berlainan. Dia juga mampu membidik burung yang terbang di udara dengan mata tertutup. Dan kabarnya dia telah pula menciptakan beberapa jurus ilmu silat di mana orang yang memainkannya memegang busur di tangan kiri dan anak panah di tangan kanan. Busur dipakai sebagai pelindung, tidak beda dengan tameng sedang anak panah dijadikan senjata seperti golok atau pedang. Siapa saja yang sudah menguasai ilmu silat Panah dan Busur itu, lima orang bersenjata tidak akan mampu merobohkannya!

Memandang kepada nama besar Gandring Wikoro itulah maka banyak tokoh silat yang punya nama besar tidak segan-segan datang ke puncak bukit tempat akan diresmikannya Partai Bintang Blambangan itu.

Di puncak bukit yang sejuk itu dibangun sebuah panggung setinggi satu tombak dan luas sepuluh kali lima belas tombak. Di belakang panggung ini terdapat sebuah panggung lagi yang agak lebih tinggi. Di sini duduklah Raja Panah Delapan Penjuru Angin didampingi oleh istrinya, seorang perempuan ramping berambut putih. Di sebelah sang istri duduk seorang pemuda berbadan tegap berparas gagah. Pemuda ini bernama Bimo Argomulyo, putra dan anak tunggal pasangan suami-istri Gandring Wikoro. Menurut orang-orang yang tahu, di usianya yang baru 26 tahun, Bimo Argomulyo kabarnya sudah mewarisi seluruh kepandaian ilmu silat dan kesaktian yang dimiliki ayahnya, kecuali ilmu silat Panah dan Busur.

Di samping Bimo Argomulyo tampak duduk seorang pemuda berbadan tinggi semampai berkulit putih yang adalah keponakan Gandring Wikoro atau sepupu Bimo bernama Sarwo Bayu. Sejak masih kecil, yakni sejak kedua orang tuanya meninggal, Sarwo Bayu dipelihara oleh Gandring Wikoro, karenanya sudah dianggap sebagai anak sendiri. Dalam hal umur Sarwo satu tahun lebih muda dari Bimo Argomulyo.

Dalam pelajaran ilmu silat boleh dikatakan Gandring Wikoro tidak membeda-bedakan anak dan keponakannya. Keduanya diberi pelajaran ilmu yang sama. Dalam ilmu silat tangan kosong ternyata Bimo lebih cepat dan lebih banyak menguasai. Sebaliknya dalam ilmu silat Panah dan Busur, ternyata sang keponakan lebih menguasai dari anaknya sendiri.

Di belakang deretan kursi keluarga ketua partai, duduk dengan rapi dan gagah 30 orang anggota partai yang terdiri dari anak-anak muda rata-rata berbadan tegap. Memang Gandring Wikoro sengaja mengambil anggota partai dari murid-muridnya sendiri, orang-orang yang masih muda dan bersih, belum tercemar segala macam keburukan dunia. Dia berharap dari orang-orang muda yang bersih dan berjiwa satria itulah kelak Partai Bintang Blambangan bisa berkembang menjadi partai besar, sebesar dan seharum Kerajaan Blambangan di masa lampau.

Di depan panggung besar berderet-deret kursi yang diduduki oleh para tetamu. Masing-masing deretan diseling oleh sebuah meja panjang. Di atas meja ini terletak berbagai macam minuman dan makanan yang lezat-lezat. Di antara para tamu yang hadir, kelihatan seorang gadis berparas cantik, berambut panjang sebahu. Dia mengenakan pakaian berbunga-bunga warna-warni dan duduk di deretan kursi ke tiga. Sejak tadi keluarga Ketua Partai telah melihat gadis ini dan masing-masing bertanya-tanya siapa gerangan adanya si jelita ini.

Di antara para tetamu pun banyak yang mengagumi kecantikannya. Mereka juga menduga-duga siapa dara ini yang tampaknya datang sendirian ke tempat itu.

Powered by Blogger.