Hancurnya Kuil Sulaiman (Solomon Temple)
Dan telah Kami tetapkan terhadap Bani Israil dalam kitab itu: Sesungguhnya kamu akan membuat kerusakan di muka bumi ini dua kali dan pasti kamu akan menyombongkan diri dengan kesombongan yang besar.
Maka apabila datang saat hukuman bagi (kejahatan) pertama dari kedua (kejahatan) itu, Kami datangkan kepadamu hamba-hamba Kami yang mempunyai kekuatan yang besar, lalu mereka merajalela di kampung-kampung, dan itulah ketetapan yang pasti terlaksana.
Kemudian Kami berikan kepadamu giliran untuk mengalahkan mereka kembali dan Kami membantumu dengan harta kekayaan dan anak-anak, dan Kami jadikan kamu kelompok yang lebih besar.
Jika kamu berbuat baik (berarti) kamu berbuat baik bagi dirimu sendiri dan jika kamu berbuat jahat maka kejahatan itu bagi dirimu sendiri, dan apabila datang saat hukuman bagi (kejahatan) yang kedua, (Kami datangkan orang-orang lain) untuk menyuramkan muka-muka kamu dan mereka masuk ke dalam mesjid, sebagaimana musuh-musuhmu memasukinya pada kali pertama dan untuk membinasakan sehabis-habisnya apa saja yang mereka kuasai. (QS:Al-Israa’:4–7)
Sejarah Bangsa Yahudi
Bangsa Yahudi bermula dari Nabi Ibrahim ‘Alaihissalam, termasuk keturunan Sam bin Nuh, sehingga keturunan Ibrahim juga dimasukkan dalam rumpun bangsa Semit. Dalam Alkitab, Kitab Kejadian 11: 27–28, disebutkan bahwa Ibrahim adalah paman dari Nabi Luth, dan lahir di Ur, kota yang didirikan bangsa Sumeria di selatan Irak. Ibrahim disebut Ibrani (Hebrew), berasal dari kata Ivri yang berarti menyeberangi, dikarenakan hijrahnya menyeberangi sungai Euphrates (al-Furat) menuju ke Palestina yang dihuni bangsa Kanaan (keturunan Kanaan bin Ham bin Nuh).
Ibrahim menikahi Sarah dan Hajar. Seperti Ibrahim, Sarah juga berasal dari Ur, Mesopotamia. Sedangkan Hajar adalah orang Mesir, saat itu penduduk Mesir merupakan keturunan Mizraim bin Ham bin Nuh. Dari Hajar, lahirlah nabi Ismail yang menikah dengan perempuan suku Jurhum, yaitu suku Arab yang melakukan migrasi dari Yaman. Bangsa Arab juga termasuk keturunan Sam bin Nuh. Keturunan Ismail disebut sebagai Arab Musta’ribah (orang Arab hasil arabisasi) karena Ismail sejatinya bukan orang Arab.
Dari Sarah, lahirlah nabi Ishak. Ishak menikahi Rebecca (Ribqa), anak sepupunya yang berasal dari Mesopotamia, serta memiliki dua anak (Bani Ishak), yaitu Esau dan Yakub. Kitab Kejadian 26: 34 menyebutkan bahwa Esau (Ais) memiliki dua istri dari suku Hittite. Esau memiliki rambut merah serta menjadi leluhur bangsa Edom dan Amalek. Dalam Kitab Ayub 1: 1, disebutkan bahwa nabi Ayub tinggal di tanah Uz. Sedangkan dalam Kitab Ratapan 4: 21 disebutkan bahwa bangsa Edom tinggal di tanah Uz. Sehingga Nabi Ayub merupakan Bani Ishak dari keturunan Esau.
Nabi Yakub (Jacob) memiliki julukan sebagai Israel (Isra: hamba, El: Tuhan). Ia menikahi sepupunya (anak dari saudara ibunya) yaitu Rachel dan Leah, beserta kedua pelayan mereka, yaitu Bilhah dan Zilpah. Yakub memiliki dua belas anak lelaki, yaitu Reuben, Simeon, Levi, Judah (Yahuda), Dan, Naphtali, Gad, Asher, Issachar, Zebulun, Joseph (Yusuf), dan Benjamin. Nabi Yusuf kemudian menjadi pejabat Mesir sehingga anak-anak Yakub pindah ke Mesir dan berkembang menjadi dua belas suku Bani Israel.
Masa Yusuf diduga bersamaan dengan saat Dinasti Kedelapan Belas Mesir Kuno (sekitar 1550 – 1292 SM). Ahmed Osman dalam bukunya, Stranger in the Valley of the Kings, mengatakan bahwa Yusuf adalah kakek Firaun Akhnaton (Amunhotep IV) dari jalur ibu. Akhnaton (wafat sekitar 1336 SM) adalah Firaun yang menjadikan monoteisme sebagai agama resmi Mesir. Ibu Akhnaton adalah putri dari Yuya, pejabat Mesir yang berasal dari Mittani (utara Suriah). Tuhan yang Esa yang disembah Akhnaton adalah Aton, kata yang serupa dengan Adon (salah satu sebutan Tuhan) dalam bahasa Ibrani.
Firaun terakhir yang menyembah Aton adalah Tutankhaton. Ia memimpin di usia remaja dan banyak dipengaruhi oleh menterinya, Ay. Tutankhaton mengubah namanya menjadi Tutankhamun. Kematiannya terjadi secara mendadak. Ralph Mitchell, ahli mikrobiologi dari Harvard, mengatakan bahwa Tutankhamun dimakamkan secara terburu-buru, bahkan sebelum cat di ruang pemakamannya mengering. Sehingga berkembang teori bahwa penyebab kematiannya karena dibunuh atau kecelakaan.
Naskah yang ditemukan di Hattusa (ibukota Hittite) menunjukkan surat dari janda Tutankhamun, yaitu Ankhesenamun (Ankhesenpaton). Ankhesenamun meminta agar dapat menikahi putra raja Hittite (Suppiluliuma I) karena merasa takut jika menikahi bangsawan Mesir. Tutankhamun tidak memiliki anak (meninggal saat dilahirkan), sehingga calon penggantinya adalah Harmhab, orang kepercayaannya. Namun Ay menelikung dengan menikahi Ankhesenamun. Karena usia yang sudah tua, Ay hanya berkuasa empat tahun. Ay serta penggantinya (Harmhab) melanjutkan penghancuran monoteisme Aton. Harmhab adalah Firaun terakhir dari Dinasti Kedelapan Belas Mesir Kuno.
Di masa Nabi Musa, dua belas suku Bani Israel melakukan hijrah ke Palestina. Di bawah kepemimpinan Joshua (Yusya’ bin Nun), Bani Israel berhasil masuk ke Palestina. Nabi Samuel lalu membimbing Thalut (Saul) mendirikan Kerajaan Israel (sekitar 1050 – 930 SM). Kerajaan tersebut mencapai kejayaannya di masa kepemimpinan Nabi Daud serta Sulaiman. Sekitar 970 SM, Nabi Sulaiman membangun tempat ibadah di Yerusalem yang kemudian dikenal dengan nama Kuil Sulaiman.
Kehancuran Kuil Pertama
Setelah wafatnya Sulaiman, kerajaan Israel mengalami perpecahan. Sepuluh suku Israel menolak kepemimpinan putra Sulaiman (dari suku Yahuda). Sedangkan suku Judah (Yahuda) dan Benjamin tetap mendukung kepemimpinan keturunan Sulaiman. Sepuluh suku tersebut kemudian mendirikan Kerajaan Israel di utara dengan ibukota Samaria. Sedangkan dua suku mempertahankan kerajaan di selatan dengan ibukota Yerusalem, dan kemudian dikenal dengan nama Kerajaan Yahudi (Judah).
Nabi yang diutus untuk Kerajaan Israel antara lain adalah Elijah (Ilyas) dan Elisha (Ilyasa). Sedangkan nabi yang diutus untuk Kerajaan Yahudi antara lain adalah Isaiah (Yesaya) dan Jeremiah. Elijah berdakwah kepada Raja Ahab yang telah beralih menjadi penyembah Baal, dewa bangsa Kanaan. Jeremiah berdakwah menolak penyembahan berhala serta keserakahan para imam/ulama Yahudi. Sebelumnya Raja Manasseh telah membolehkan penyembahan berhala-berhala bangsa non-Yahudi di Kuil Sulaiman.
Sekitar 732 SM, Kerajaan Israel bersekutu dengan Kerajaan Aramea untuk menyerang Kerajaan Yahudi. Yahudi lalu meminta bantuan Kerajaan Assyria. Assyria adalah tempat diutusnya Nabi Yunus (Jonah). Dalam Kitab Yunus 1: 2, disebutkan bahwa Yunus diperintahkan untuk berdakwah di Nineveh (Ninawa), ibukota Assyria. Dalam QS:Ash Shaaffaat: 147–148, disebutkan bahwa mereka menerima dakwah Nabi Yunus.
Raja Assyria, Tiglath-Pileser III, menaklukkan Aramea dan sebagian wilayah Israel. Sisa wilayah Israel kemudian ditaklukkan oleh Raja Sargon II pada 720 SM. Akibat penaklukkan tersebut, sebagian penduduk Israel diasingkan, sebagian lainnya mengungsi ke Kerajaan Yahudi. Penduduk Israel yang diasingkan oleh Kerajaan Assyria tersebut tidak pernah mendapat izin untuk pulang dan membangun negerinya, sehingga melahirkan kisah Sepuluh Suku Israel yang Hilang.
Sekitar 627 SM, Kerajaan Assyria mengalami perpecahan. Babylonia dan Median kemudian melakukan pemberontakan. Mereka menjalin persekutuan dengan bangsa Scythian serta Cimmerian, dan berhasil mengalahkan Assyria. Kota Nineveh dihancurkan pada 612 SM. Kerajaan Babylonia, ibukota di Babylon, kemudian menguasai sebagian besar bekas wilayah Assyria, dimana Kerajaan Yahudi menjadi negara bawahannya.
Pada 601 SM, Babylonia gagal menaklukkan Mesir, sehingga Yahudi lalu berbalik menjadi pendukung Mesir. Raja Babylonia, Nebuchadnezzar II, kemudian menyerang Yerusalem. Pada 597 SM, sebagian penduduk Yahudi diasingkan ke Babylon. Nabi dalam masa tersebut antara lain adalah Nabi Ezekiel yang diutus kepada bangsa Yahudi di pengasingan, serta Nabi Daniel yang kemudian menjadi pejabat di pemerintahan Babylonia.
Sekitar 589 SM, meskipun ditentang Nabi Jeremiah, Kerajaan Yahudi kembali memberontak. Babylonia pun menyerang Yahudi. Yerusalem dan Kuil Sulaiman dihancurkan pada 587 SM. Sebagian penduduk Yahudi diasingkan, sebagian lainnya mengungsi antara lain ke wilayah Moab dan Ammon. Bekas wilayah Yahudi dijadikan propinsi dengan ibukota di Mizpah. Namun gubernur Yahudi yang memimpin provinsi tersebut dibunuh oleh sesama orang Yahudi, sehingga penduduk Yahudi yang takut akan pembalasan Babylonia kemudian melarikan diri ke Mesir.
Kehancuran Kuil Kedua
Sekitar 550 SM, bangsa Persia (negara bawahan Median) dipimpin Cyrus II (Cyrus yang Agung) berhasil mengalahkan Kerajaan Median di dataran tinggi Iran. Kemenangan tersebut menghasilkan gelar bagi Cyrus, yaitu Zulkarnain (Pemilik Dua Tanduk). Nabi Daniel telah meramalkan kehadirannya di masa pemerintahan raja Babylonia, Belshazzar. "Domba jantan yang kaulihat itu, dengan kedua tanduknya, ialah raja orang Media dan Persia" (Kitab Daniel 8: 20).
Zulkarnain kemudian mendirikan Kekaisaran Achaemenid, menaklukkan Kerajaan Lydia di semenanjung Anatolia pada 547 SM, dan berhasil mengalahkan raja Babylonia (Belshazzar) pada 539 SM. Orang-orang Yahudi yang diasingkan kemudian diizinkan untuk pulang dan membangun kembali Yerusalem. Nabi Ezra (Uzair) mengatakan bahwa Zulkarnain juga ditugaskan untuk membangun kembali Kuil Sulaiman. "Inilah perintah Cyrus, raja Persia: Allah penguasa di surga telah menjadikan aku raja atas seluruh dunia, dan menugaskan aku untuk membangun rumah bagi-Nya di Yerusalem" (Kitab Ezra 1: 2).
Pada 330 SM, Alexander III (Alexander yang Agung) dari Kerajaan Macedonia (Yunani Utara) berhasil mengalahkan Kekaisaran Achaemenid. Nabi Daniel dalam ramalannya mengatakan:
"... tampak seekor kambing jantan datang dari sebelah barat ... dan kambing jantan itu mempunyai satu tanduk yang aneh di antara kedua matanya" (Kitab Daniel 8: 5).
"... lalu ditanduknya domba jantan itu (Achaemenid), dipatahkannya kedua tanduknya..." (Kitab Daniel 8: 7).
"Kambing jantan itu sangat membesarkan dirinya, tetapi ketika ia sampai pada puncak kuasanya, patahlah tanduk yang besar itu, lalu pada tempatnya tumbuh empat tanduk yang aneh..." (Kitab Daniel 8: 8).
"Maka dari salah satu tanduk itu muncul suatu tanduk kecil (Romawi), yang menjadi sangat besar ke arah selatan, ke arah timur dan ke arah Tanah Permai" (Kitab Daniel 8: 9).
"... dan tempat-Nya yang kudus dirobohkannya (kehancuran Kuil Solomon yang kedua)" (Kitab Daniel 8: 11).
"Dan kambing jantan yang berbulu kesat itu ialah raja negeri Yunani (Alexander)..." (Kitab Daniel 8: 21).
"Dan bahwa tanduk itu patah dan pada tempatnya itu muncul empat buah, berarti: empat kerajaan akan muncul dari bangsa itu, tetapi tidak sekuat yang terdahulu" (Kitab Daniel 8: 22).
Pasca kematian Alexander (323 SM), terjadi serangkaian perang saudara yang kemudian melahirkan empat kerajaan, yaitu Dinasti Ptolemaic di Mesir, Dinasti Seleucid di Mesopotamia, Dinasti Attalid di Anatolia, dan Dinasti Antigonid di Yunani. Yerusalem berada dalam kekuasaan Ptolemaic sampai direbut oleh Seleucid pada 198 SM. Sementara pada 168 SM, Dinasti Antigonid di Yunani dikuasai oleh bangsa Romawi.
Pada 167 SM, orang Yahudi dipimpin Judah Maccabee memberontak terhadap Seleucid dan mendirikan Dinasti Hasmonean. Hasmonean berakhir setelah Yerusalem dikuasai pasukan Romawi yang dipimpin Pompey pada 63 SM. Di masa kekuasaan Romawi, nabi yang diutus antara lain adalah Nabi Zakaria, Yahya (John the Baptist), dan Isa (Jesus). Pada 66 M, terjadi pemberontakan bangsa Yahudi terhadap pendudukan Romawi. Pasukan Romawi menghabisi pemberontakan tersebut kemudian menghancurkan Kuil Solomon pada 70 M.
Masjidil Aqsa dan Kuil Ketiga
Diaspora (perserakan) bangsa Yahudi sudah terjadi sejak hancurnya Kerajaan Israel pada 720 SM, dan jatuhnya Kerajaan Yahudi (kehancuran kuil pertama) pada 587 SM. Namun kelompok-kelompok Yahudi yang saat ini terserak di berbagai negara, umumnya berasal dari perserakan setelah kehancuran kuil kedua pada 70 M. Terutama setelah Romawi meningkatkan penindasannya akibat pemberontakan yang dilakukan orang Yahudi, seperti Perang Kitos dan pemberontakan Bar Kokhba.
Bangsa Yahudi yang terserak tersebut, ada yang tetap mempertahankan tradisinya, ada pula yang melebur dengan penduduk setempat. Masuknya bangsa non-Yahudi ke dalam agama Yahudi juga terjadi akibat perserakan tersebut. Kelompok Yahudi yang tetap mempertahankan tradisinya dalam perserakan antara lain adalah Yahudi Sephardic (di Andalusia), Romaniote (di Yunani), serta Mizrahi (di Timur Tengah, Afrika Utara, dan Kaukasus). Kelompok Yahudi yang melebur dengan penduduk setempat antara lain adalah Yahudi Kaifeng di Tiongkok.
Bangsa non-Yahudi yang masuk ke dalam agama Yahudi antara lain adalah Dzu Nuwas (raja Himyar) sekitar 522 M di Yaman, serta bangsa Khazar di utara Kaukasus pada abad ke-8 M. Setelah runtuhnya Kerajaan Khazar, kaum bangsawan dan hartawan Khazar melakukan migrasi ke wilayah Jerman dan berkembang menjadi Yahudi Ashkenazi. Rakyat Khazar yang bertahan dalam agama Yahudi kemudian menjadi kelompok Krymchaks. Sedangkan kelompok Beta Israel di Ethiopia, diduga berasal dari perkawinan campuran antara orang Yahudi dengan penduduk setempat, ditambah perpindahan agama penduduk setempat ke dalam agama Yahudi.
Sementara di Yerusalem, Kaisar Romawi (Hadrian) membangun Kuil Jupiter di dekat reruntuhan Kuil Sulaiman pada 130 M. Kuil tersebut dihancurkan (setelah Konsili Nicea 325 M) oleh Kaisar Konstantin I yang menetapkan bahwa Kristen merupakan agama resmi Kekaisaran Romawi. Pada 610 M, Kekaisaran Sasanid mengalahkan Byzantium dan mengizinkan orang Yahudi untuk mengelola Yerusalem. Orang Yahudi pun mulai merintis pembangunan Kuil Sulaiman. Namun pada 615 M, Byzantium mengalahkan Sasanid. Yerusalem kembali dikelola orang Kristen, dan reruntuhan Kuil Sulaiman dijadikan tempat pembuangan sampah.
Saat Nabi Muhammad Shallallahu ‘alaihi wasallam menjalani Isra Mi’raj, Masjidil Aqsa masih berupa reruntuhan Kuil Sulaiman yang hanya menyisakan batu berongga (Shakhrah). Shakhrah memiliki lubang di sudut tenggaranya (Sumur Arwah). Pada 637 M, pasukan Khulafaur Rasyidin mengambil alih Yerusalem. Umar bin Khattab lalu memerintahkan untuk membangun masjid di sisi selatan Shakhrah, sehingga orang yang sholat akan menghadap Ka’bah dan membelakangi Shakhrah. Khalifah Umayyah, Abdul Malik bin Marwan, pada 690 M menyempurnakan masjid sesuai dengan batas-batas wilayah sucinya. Kubah dibangun menaungi Shakhrah yang berada di tengah kompleks Masjidil Aqsa.
Pada 1099 M, pasukan Salib menduduki Yerusalem. Ksatria Templar menjadikan Masjidil Aqsa sebagai markasnya. Templar menganggap Shakhrah sebagai tempat Nabi Sulaiman menyembunyikan buku sihir. Sholahuddin al-Ayyubi merebut Yerusalem dan mengembalikan fungsi Masjidil Aqsa pada 1187 M. Pada 1917 M, Inggris mengambil alih wilayah Palestina dari Kekhalifahan Utsmani. Negara Israel kemudian didirikan pada 1948 M. Mereka berusaha mengumpulkan bangsa Yahudi yang terserak serta mengganti Masjidil Aqsa dengan Kuil Sulaiman yang ketiga.
Sumber: duniatimteng.com